Arsip | Uncategorized RSS feed for this section

Five Boys

8 Mei

Juara tiga acara Aksi Anak Bangsa yang ditayangkan RCTI, Five Boys, merencanakan ikut Java Jazz Festival tahun depan.

Band remaja beraliran jazz ini diisi oleh Arnadi Irsyad M. atau disapa Ari (Keyboard), Arnandi Ihza M. atau disapa Iza (vokal), Andi Muhammad Iwan N. atau disapa Iwan (gitar), Muhammad Dimas Jamal Mahdi atau disapa Dimas (Basis) dan Achmad Satria Abdullah atay disapa Satria (drum).

Target kuintet ini main di Java Jazz tidak lah main-main, sebelum ikut jadi peserta AAB, menurut penuturan Widya selaku ibunda dari Ari dan Iza, mereka berlima sengaja digembleng di sebuah sekolah musik bernama Wisma Musik di Semarang, milik Peter Purnomo, untuk diikutkan ke Java Jazz Festival bulan Maret mendatang.

Baca lebih lanjut

Boys Like Girls

8 Mei

Empat cowok asal Boston, Amerika Serikat, yang tergabung dalam band Boys Like Girls siap menyapa fansnya di Jakarta malam ini di Tennis Indoor Senayan, Senin (25/1/2010).

Martin Johnson (vokal & gitaris), Bryan Donahue (basis), John Keefe (drummer), dan Paul DiGiovanni (gitaris), memilih emo pop sebagai genre musik mereka. Dua album yang telah mereka telurkan, Boys Like Girls (2006) dan Love Drunk (2009) mampu menyedot ribuan fans Indonesia untuk hadir meramaikan lantai Tennis Indoor malam ini.

Para fans yang sejak sore telah menunggu dibukanya pintu Tennis Indoor Senayan, tempat konser yang dihelat oleh Java Musikindo ini. Salah satu lagu yang menjadi hits di beberapa radio dan MTV adalah Love Drunk.

Sejak kemarin, empat personel Boys Like Girls telah tiba di Indonesia. Antusiasme para fans menunggu kedatangan mereka tergambar sejak dari bandara Soekarno-Hatta.

Beberapa di antaranya rela menyambut kedatangan empat cowok yang sukses menjual 700 ribu kopi album perdana mereka, Boys Like Girls. Ada juga yang rela menyambangi hotel tempat mereka di Hotel Ritz Carlton.

Penasaran lihat penampilan mereka? Datang saja ke Tennis Indoor malam ini. Rencananya konser baru akan dimulai pukul 20.00 WIB.pa Jakarta Malam Ini

BUDAYA K-POP

6 Mei

K popK-pop, kepanjangannya Korean Pop (“Musik Pop Korea”), adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara.

Musik pop Korea pra-moderen pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre “oldies” yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang.
Baca lebih lanjut

Sejarah Singkat Boy Band Indonesia

3 Mei

 

Berikut ini sedikit ulasan mengenai sejarah boyband di indonesia dan di dunia

Boy band adalah sejenis kelompok musik pop atau R&B yang terdiri dari tiga anggota atau lebih, semuanya penyanyi laki-laki muda. Biasanya anggota boy band selain menyanyi juga menari dalam pertunjukan mereka. Mereka biasanya dibentuk oleh seorang manajer atau produser rekaman dengan cara mengadakan audisi, di mana para peserti diuji penampilannya, kemampuan menyanyinya, dan kemampuan berdansanya. Mereka biasanya tidak memainkan alat musik sendiri.

Maurice Starr biasanya dianggap sebagai pelopor, dengan dua boy band New Edition dan New Kids on the Block, walaupun istilah “boy band” tidak muncul sampai tahun 1990-an. Ide Starr adalah untuk meniru kelompok musik R&B dan menerapkannya kepada jenis musik pop. Hal ini kemudian ditiru oleh Nigel Martin-Smith dan Louis Walsh.

Secara umum, boyband adalah sekumpulan remaja pria (umumnya berjumlah 5 orang) yang tergabung dalam suatu band yang keseluruhan personelnya mampu bernyanyi, secara individu maupun berkelompok, tanpa harus memainkan alat musik. Konsep seperti ini pertama kali muncul pada dekade 1960 dengan melejitnya; The Jackson 5, The Osmonds, dan The Monkees. Pada saat itu ketiga boyband ini hadir dengan mengusung musik R&B, mampu menguasai tangga lagu Amerika Serikat berkat single demi single mereka dan menghasilkan album yang mampu mencapai penjualan multi-platinum. Akan tetapi, kejayaan mereka tak bertahan lama karena pada periode selanjutnya Rock and Roll merampas “kekuasaan” mereka lewat musik abadi dari Elvis Presley dan The Beatles.

Dekade 90-an menjadi awal era emas kelompok boyband di Negeri Paman Sam dan Eropa, terutama daerah kekuasaan Ratu Elizabeth. New Kids On The Block (NKOTB) dan Boyz II Men menjadi pencetus lahirnya generasi baru dalam genre musik yang dimainkan oleh boyband, bila NKOTB memadukan musik pop-dance dan sesekali ballad dengan tarian-tarian dalam aksi panggungnya—konsep seperti ini yang melahirkan demam boyband di seluruh dunia dalam satu dekade selanjutnya—yang mampu membuat penggemar histeris saat menyaksikan mereka. Sedangkan, Boyz II Men tetap di jalur Rhythm & Blues dengan campuran beberapa genre lainnya, seperti Pop, Folk ataupun Jazz, untuk aksi panggung mereka lebih “kalem”, tanpa memaketkan kelihaian gerak tubuh dan musik, dengan hanya berdiri nyaman sambil sesekali menggerakkan tubuh mengikuti irama musik bak penyanyi-penyanyi Opera. Untuk market target kedua band ini juga berbeda, NKOTB lebih kepada remaja (khususnya perempuan) dan Boyz II Men menjadikan orang-orang yang lebih dewasa sebagai sasaran utama pendengar mereka.

Era Emas dan Kini

Setelah itu mulai menjamurlah kehadiran boyband-boyband. Amerika Serikat terwakili oleh hadirnya NKOTB, Backstreet Boys (BSB) dan N’Sync, Britania Raya memiliki Boyzone, Take That dan Westlife. Selain NKOTB, apresiasi patut juga diberikan kepada BSB. Sebelum Nick Carter cs. meraih masa keemasan di tanah kelahiran mereka, Amerika Serikat, mereka sudah terkenal lebih dahulu di daratan Eropa. Hal ini didasari oleh misi mereka untuk menaklukan dunia, sehingga membuat mereka memutuskan untuk mendahulukan berjaya di Eropa, baru setelah itu mereka kembali ke negeri sendiri untuk membesarkan nama mereka, yang memang sudah “ada” di belahan bumi lainnya. Dan cara itu sukses membawa Backstreet Boys menjadi kelompok musik pop paling sukses sepanjang sejarah musik dunia, dengan penjualan album yang melebihi 130 juta kopi di seluruh dunia.

Boyband lain yang menjadi agent of boyband’s booming adalah Westlife. Boyband yang satu ini meski gagal total untuk masuk pasar Amrik, tapi tak ada yang menyangsikan kejayaan mereka di Inggris Raya dan belahan bumi lainnya. Dengan 13 single nomor wahid di UK music chart (menyamai The Beatles), lebih 44 juta kopi untuk penjualan album dan menjadi salah satu grup musik asing yang mampu meraih angka penjualan multi-platinum di Jepang dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Meski kedua boyband yang disebutkan di atas masih aktif hingga saat ini, namun popularitas mereka tidaklah secermelang pada awal abad millennium. Bahkan kini di Amerika Serikat dan Eropa, band yang diisi beberapa pria yang piawai mengolah keserasian vocal tanpa memegang satu pun alat musik, bukan menjadi impian utama bagi anak-anak muda yang ingin memulai karier di industri musik.

Revolusi musik terus berjalan dan boyband sudah kurang memiliki taji di dunia barat. Di dekade kedua abad 21, jamur boyband bermigrasi ke kawasan Asia Timur, Jepang dan Korea Selatan memimpin era ini. Bila di awal 2000-an ada F4, boyband asal Taiwan yang mampu menghipnotis seluruh penggemarnya di penjuru Asia dan mereka juga mengisi soundtrack untuk film kartun Disney, Lilo & Stitch. Saat ini Super Junior, 2PM, Arashi, SMAP, dan SHiNee menjadi penguasa di negerinya masing-masing dengan konsep boyband.

Tapi ada yang berbeda antara boyband dari kawasan Asia dengan boyband asal barat, diantaranya;

    Dari jumlah personelnya saja, bila boyband bule memiliki “kebijakan” tak tertulis yang mengharuskan boyband (setidaknya di awal terbentuknya) terdiri dari 5 anggota. Untuk boyband Asia mereka terkesan bebas menentukan jumlah personel, ada yang hanya berlima, bertujuh bahkan ada juga yang memiliki 14 personel dalam sebuah band seperti Super Junior di Korea dan EXILE di Jepang.

    Disadari atau tidak, kalau boyband Asia sebagian lebih menjual gerakan tari mereka. Sedangkan bila melihat sejarah boyband di Amerika Serikat dan Eropa, mereka lebih menjual kemampuan bernyanyi mereka, dan tarian hanya dijadikan pemanis dalam aksi panggung.

    Dan yang terakhir, hampir seluruh boyband terkenal barat mampu mempertahankan eksistensi mereka lebih dari 10 tahun. Hal ini sedikit berbeda bagi boyband oriental yang rata-rata tidak bertahan lama, yang didasari oleh beberapa hal sehingga mereka membubarkan diri di tengah jalan saat popularitas tengah menghampiri mereka.

Meski begitu, apapun yang membedakan boyband Asia tetap menjadikan mereka memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan boyband dari Amerika Serikat dan Britania Raya. Dan tak dapat dipungkiri juga, kalau menjamurnya boyband di tanah air disebabkan oleh booming-nya apapun yang menyangkut boyband asal Korea Selatan di bumi Nusantara. SM*SH menjadi role model dan diikuti oleh lusinan boyband, dengan berbagai latar belakang (penari, penyanyi sampai selebritis), membanjiri acara musik di televisi. Namun, hingga saat ini boyband Tanah Air terlalu berkiblat kepada K-Pop, belum memiliki ciri khas tersendiri. Untuk kualitas lagu mereka juga hanya menyanyikan lagu-lagu yang mampu membuat mereka menari, alias dari segi musikalitas belum ada yang berani out-of-the-box untuk jenis musik ballad atau yang lainnya. Dan, dari segi vokal, kualitas suara mereka (maaf) masih jauh dari level seorang penyanyi professional, sehingga diakali dengan lipsync saat di panggung dan menari habis-habisan untuk mengalihkan perhatian penonton pada kualitas suara mereka yang sebenarnya.

Meski begitu, kehadiran boyband mampu menjadi alternatif bagi pecinta musik Tanah Air, yang sudah terlalu bosan (bila enggan dikatakan muak) terhadap lagu-lagu yang mendayu-dayu. Semoga kedepannya kualitas boyband Indonesia bisa semakin baik, dan mampu membanggakan bangsa di dunia musik Internasional, minimalnya menjadi penguasa di kawasan Asia Tenggara.